Market share komputasi awan selalu berkembang. Dalam kurun waktu 2017 sampai 2020 kelak, nilai pasarnya diprediksikan akan berlipat-lipat sampai sampai lebih dari US$300 miliar (seputar Rp4,3 kuadriliun).
Walau sebenarnya ide komputasi awan sendiri masih tetap termasuk baru. Istilahnya sendiri baru populer sesudah CEO Google Eric Schmidt menggunakannya pada 2006 kemarin. Apakah sebagai pemicu perubahan pesatnya?
Sekarang ini sudah ada beberapa manfaat dari komputasi awan. Beberapa dari kita telah memakainya (menjadi fasilitas penyimpanan data). Perusahaan serta institusi pemerintahan ikut menggunakan service ini. Tetapi, AI diprediksikan akan jadi aspek paling besar dalam menggerakkan perubahan komputasi awan beberapa waktu ke depan.
Tehnologi AI kerja dengan mengolah himpunan data sejumlah banyak sekali, manfaatkan tenaga komputasi yang tidak kalah besar. Beberapa perusahaan tehnologi raksasa sekarang berlomba jadi penyedia service nomer satu yang penuhi keperluan ini.
Beberapa pemimpin pasar sekarang ini
Amazon Situs Services (AWS) adalah usaha sangat menguasai dalam pasar komputasi awan sekarang ini, dengan kuasai seputar 33 % market share global. Mereka belakangan ini meneken kesepakatan kerja sama baru dengan SAP serta Symantec yang sudah jadi konsumen setia lamanya. Nilai kontraknya diberitakan sampai US$1 miliar (seputar Rp14,3 triliun).Pertarungan di ranah pertandingan awan ikut semakin memanas. Microsoft menjadi kompetitor paling dekat AWS diberitakan tengah berupaya mendapatkan sertifikasi keamanan tingkat lanjut dari pemerintah federal Amerika Serikat pada 2019 kelak.
Huawei ikut tertarik untuk masuk ke pasar komputasi awan, serta mereka miliki bekal yang oke untuk menapakkan jejak pertamanya. Perusahaan asal Cina itu menginformasikan gagasannya untuk jual server dengan cip bikinan sendiri, yang diklaim 2x bertambah cepat di banding punya pesaing. Langkah Huawei memberikan indikasi keseriusan mereka jadi pemain yang diakui dalam pasar komputasi awan.
Buat beberapa developer AI, menyewa server pada perusahaan penyedia service komputasi awan berasa mahal. Penawaran yang ada tidak tumbuh dengan tingkat cukuplah cepat, walau ada keinginan besar. Keadaan ini dapat tingkatkan harga sewa tenaga komputasi awan di hari esok.
Bangun hardware sendiri
Beberapa pemain besar dalam service komputasi awan bangun infrastruktur server sendiri untuk melayani klien-klien terpenting punya semasing. Tetapi, beberapa pihak lainnya yang memeriahkan pasar komputasi awan pilih langkah lainnya untuk mengungguli beberapa pesaingnya.Alibaba sudah jadi pemain besar dalam pasar komputasi awan di Cina. Walau demikian, mereka belakangan ini meluncurkan service computer kuantum di Alibaba Cloud yang dapat mengolah data sampai 11 kuantum bit (qubit). Langkah ini serupa dengan apakah yang dikerjakan IBM pada tahun 2017 lantas, waktu mereka melaunching computer kuantum yang dapat mengolah 20 qubit data.
Beberapa startup memulai memeriahkan pasar. Perusahaan asal Amerika Serikat, Rigetti, sudah terima permodalan dari Andreessen Horowitz serta Vy Capital untuk bangun computer paling cepat dalam dunia. Mereka merencanakan meluncurkan basis kuantum pertama dalam dunia yang sudah terintegrasi dengan komputasi awan
Walau belumlah ada riset yang pelajari faedah penuh dari komputasi kuantum, mempunyai potensi untuk menyiapkan service itu bisa saja aspek pembeda penting di banding menggunakan processor computer berkecepatan tinggi yang jamak digunakan sekarang ini.
Tidak semua pihak dapat bangun mesin yang lebih mutakhir serta besar, sebab langkah ini mengonsumsi cost banyak. Masih tetap ada beberapa cara lainnya yang dapat dikerjakan startup untuk melayani keperluan akan komputasi awan sekarang ini.
Tehnologi blockchain pada hakekatnya memakai prinsip komputasi terdistribusi. Karakter ini membuat blockchain miliki kekuatan untuk digunakan manfaatkan kemampuan komputasi yang menganggur.
Sekarang ini ada beberapa ladang mining di semua dunia yang dibuat untuk satu arah: menambang cryptocurrency. Walau kegiatan penambangan ini dapat menguntungkan, pada intinya ladang mining begitu boros daya.
Semua potensi server dalam ladang mining cuma tersambung ke satu jaringan (cryptocurrency). Walau sebenarnya, daya yang terpakai dapat dialirkan untuk peningkatan AI, tentu saja sekalian masih mencapai laba.
Tatau, satu perusahaan blockchain, merencanakan bangun basis komputasi terdistribusi. Konsentrasi mereka ialah menyiapkan kemampuan komputasi yang diperlukan beberapa developer AI untuk meluncurkan produk semasing ke penduduk luas.
Walau pemakaian blockchain terdengar bagus, ada dua rintangan yang butuh untuk dipecahkan untuk wujudkan ide ini:
Sekarang ini penawaran yang ada masih tetap lebih kecil di banding permintaannya, hingga menggerakkan kenaikan harga service. Akan tetapi, pertarungan yang semakin ketat akan menggerakkan pengembangan, hingga membuat banyak developer serta perusahaan dapat nikmati service komputasi awan di harga lebih dapat dijangkau.
Cost tinggi untuk terhubung kemampuan komputasi (baik dengan berlangganan service komputasi awan atau beli hardware sendiri) mungkin jadi fakta penting kenapa beberapa pengembang tehnologi AI masih tetap berfikir 2x sekarang ini. Tetapi dibalik semuanya, nampaknya kita dapat melihat pertarungan sengit dalam pasar komputasi awan yang akan datang, yakni pertandingan diantara deretan perusahaan tehnologi besar, beberapa pihak yang mempersiapkan tehnologi computer kuantum, dan beberapa pemain baru yang manfaatkan blockchain.
Walau belumlah ada riset yang pelajari faedah penuh dari komputasi kuantum, mempunyai potensi untuk menyiapkan service itu bisa saja aspek pembeda penting di banding menggunakan processor computer berkecepatan tinggi yang jamak digunakan sekarang ini.
Tidak semua pihak dapat bangun mesin yang lebih mutakhir serta besar, sebab langkah ini mengonsumsi cost banyak. Masih tetap ada beberapa cara lainnya yang dapat dikerjakan startup untuk melayani keperluan akan komputasi awan sekarang ini.
Manfaatkan kemampuan menganggur
Sekarang ini ada beberapa kemampuan komputasi data yang menganggur dalam dunia. Server game, ladang mining (cryptocurrency), bahkan juga kemampuan cadangan punya perusahaan penyedia service komputasi awan (perumpamaannya AWS) dapat digunakan.Tehnologi blockchain pada hakekatnya memakai prinsip komputasi terdistribusi. Karakter ini membuat blockchain miliki kekuatan untuk digunakan manfaatkan kemampuan komputasi yang menganggur.
Sekarang ini ada beberapa ladang mining di semua dunia yang dibuat untuk satu arah: menambang cryptocurrency. Walau kegiatan penambangan ini dapat menguntungkan, pada intinya ladang mining begitu boros daya.
Semua potensi server dalam ladang mining cuma tersambung ke satu jaringan (cryptocurrency). Walau sebenarnya, daya yang terpakai dapat dialirkan untuk peningkatan AI, tentu saja sekalian masih mencapai laba.
Tatau, satu perusahaan blockchain, merencanakan bangun basis komputasi terdistribusi. Konsentrasi mereka ialah menyiapkan kemampuan komputasi yang diperlukan beberapa developer AI untuk meluncurkan produk semasing ke penduduk luas.
Walau pemakaian blockchain terdengar bagus, ada dua rintangan yang butuh untuk dipecahkan untuk wujudkan ide ini:
- UI/UX: peningkatan tehnologi blockchain masih juga dalam step awal. Masih tetap perlu waktu sampai startup berbasiskan blockchain dapat menyiapkan jalan keluar htangguh seperti yang di tawarkan beberapa perusahaan tehnologi besar.
- Skeptisisme pasar: Beberapa orang sudah familier serta menyimpan keyakinan pada deretan perusahaan tehnologi besar seperti AWS serta Alibaba. Sebab telah nyaman, kenapa mereka mesti berpaling ke startup yang tidak diketahui?
Pertarungan komputasi awan semakin ketat
Pertarungan yang semakin ketat di pasar komputasi awan tidak cuma membuahkan efek yang besar buat industri AI, tetapi ikut pada perusahaan-perusahaan tehnologi yang tengah mengalihkan data semasing ke awan.Sekarang ini penawaran yang ada masih tetap lebih kecil di banding permintaannya, hingga menggerakkan kenaikan harga service. Akan tetapi, pertarungan yang semakin ketat akan menggerakkan pengembangan, hingga membuat banyak developer serta perusahaan dapat nikmati service komputasi awan di harga lebih dapat dijangkau.
Cost tinggi untuk terhubung kemampuan komputasi (baik dengan berlangganan service komputasi awan atau beli hardware sendiri) mungkin jadi fakta penting kenapa beberapa pengembang tehnologi AI masih tetap berfikir 2x sekarang ini. Tetapi dibalik semuanya, nampaknya kita dapat melihat pertarungan sengit dalam pasar komputasi awan yang akan datang, yakni pertandingan diantara deretan perusahaan tehnologi besar, beberapa pihak yang mempersiapkan tehnologi computer kuantum, dan beberapa pemain baru yang manfaatkan blockchain.
0 Comments